KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah yang maha esa, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga
makalah yang mengulas tentang tata cara sablon ini berhasil kami buat.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk menyelesaikan dan menuntaskan tugas yang diberikan oleh guru seni budaya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat kekurangan dan kekhilafan. Karena itu kepada para pembaca dimohon
memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Untuk itu kami sampaikan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya. Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi kita,
khususnya bagi para siswa SMA NEGERI 1 PACIRAN. Akhirnya kami memohon kepada
Allah SWT, semoga selalu melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua
(Aamiin)
Lamongan,
Mei 2012
1
Daftar
Isi
Kata Pengantar ………… 1
Daftar isi ……………….. 2
Isi
Pengertian Sablon ……… 3
Sejarah Sabon ………….
4
Kain Sablon ……………
4
-
Ketebalan
kain …… 5
-
Warna
kain ………… 5
-
Persyaratan
Kain …... 6
Tahap-tahap Sablon ……. 7
Kesimpulan ………………… 8
Kritik dan saran …………….. 9
Daftar Pustaka ……………… 10
2
SABLON
Cetak
sablon merupakan proses stensil untuk memindahkan suatu citra ke atas berbagai
jenis media atau bahan cetak seperti : kertas, kayu, metal, kaca, kain,
plastik, kulit, dan lain-lain. Wujud yang paling sederhana dari stensil terbuat
dari bahan kertas atau logam yang dilubangi untuk mereproduksi atau
menghasilkan kembali gambar maupun hasil dari suatu rancangan desain. Stensil
tersebut selanjutnya merupakan gambaran negatif dari gambar asli atau original
dimana detail-detail gambar yang direproduksi memiliki tingkat keterbatasan
terutama bila mereproduksi detail-detail yang halus. Pada teknik cetak sablon
acuan yang berupa stensil dapat juga melalui tahapan fotografi, yang pada
umumnya dikenal dengan istilah film hand cut.Film photographi dan emulsi stensil
direkatkan ke atas alat penyaring (screen) yang dibentangkan pada sebuah
bingkai yang terbuat dari bahan kayu maupun logam yang berfungsi sebagai
pemegang bagian dari suatu desain, dan harus mampu menahan bagian yang
digunakan selama proses penyablonan berlangsung. Adakalanya para perancang
grafis melakukan tahapan desain secara langsung pada permukaan alat penyaring
dengan bahan yang disebut “tusche” dan kemudian menutup eseluruhan sablonan
dengan lem. Tusche selanjutnya dicuci dengan bahan pelarut agar diperoleh
bagian yang dapat mengalirkan tinta pada permukaan alat penyaring.
Pada
awal abad ke 20 proses pelaksanaan cetak sablon mulai menggunakan kain/screen
yang terbuat dari bahan sutera yang semula dipergunakan untuk menyaring tepung.
Dari sinilah maka istilah cetak sablon dikenal dengan sebutan “silk
screen printing” yang digunakan pada tahapan proses cetak. Karena
sutera harganya cukup mahal, serta memiliki kekuatan yang kurang baik, serta
secara dimensional kurang stabil, maka kemudian diganti dengan bahan yang
terbuat dari nilon dan selanjutnya dengan poliester. Sedangkan untuk keperluan
cetak, alat-alat atau benda-benda elektronik dipergunakan kain (screen)
yang terbuat dari bahan stainless steel/logam.
Serat
kain dibuat/dianyam/dirajut menurut standar dan diproduksi dengan berbagai
ukuran tergantung dari tingkat ketebalan serat benang yang akan menghasilkan
tingkat kerapatan anyaman.
3
SEJARAH CETAK SABLON
Cetak
sablon merupakan bagian dari teknik cetak yang dikembangkan
oleh Yuzenzai Miyasaki pada tahun 1654-1736 dan Zikukeo Hirose pada tahun 1822-1890
berkebangsaan Jepang. Pada awalnya cetak sablon dikembangkan untuk pencetakan kimono
yang merupakan pakaian khas Jepang, dimana bila kimono ditulis dengan tangan menjadi
sangat mahal harganya. Selanjutnya cetak sablon berkembang hingga ke daratan Eropa
pada tahun 1851-1862 dan kemudian pada tahun 1868 Joseph Swan mendirikan atau menemukan produk autotype.
oleh Yuzenzai Miyasaki pada tahun 1654-1736 dan Zikukeo Hirose pada tahun 1822-1890
berkebangsaan Jepang. Pada awalnya cetak sablon dikembangkan untuk pencetakan kimono
yang merupakan pakaian khas Jepang, dimana bila kimono ditulis dengan tangan menjadi
sangat mahal harganya. Selanjutnya cetak sablon berkembang hingga ke daratan Eropa
pada tahun 1851-1862 dan kemudian pada tahun 1868 Joseph Swan mendirikan atau menemukan produk autotype.
Pada
tanggal 11 Juli 1907 Samuel Simmon yang berkebangsaan Inggris mendapatkan hak
patentnya untuk teknik cetak sablon. Setelah itu cetak sablon berkembang ke
Amerika Serikat sehingga pada tahun 1924 pertama kalinya proses cetak sablon
dilakukan di atas bahan tekstil dan kemudian pada tahun 1946 MC Kornick dan Penney
menemukan mesin cetak sablon.
KAIN
Pada proses cetak sablon “kain” atau screen mempunyai peranan yang amat penting, bahkan
dapat dikatakan sebagai faktor penentu tingkat kwalitas dari proses cetak yang
dihasilkan. Kain sablon dipergunakan sebagai sarana untuk memegang gambar yang
terdapat pada permukaan kain (screen). Dewasa ini kain atau screen lebih banyak
terbuat dari serat sintetis jenis tunggal (mono filamen). Berbagai jenis serat
kain yang dapat dipergunakan untuk proses cetak sablon diantaranya adalah :
1. nilon.
2. polyester,terdiri atas :
a. metalissed polyester/polyester logam.
b. antistatic polyester/polyester antistatis.
c. calendered polyester/polyester termampatkan.
3. stainless steel.
Karakteristik
serat kain (screen).
1.
Nilon.
Untuk semua kebutuhan
cetak sablon tersedia pilihan yang secara luas,hanya saja
berupa
serat benang tunggal.
4
Keunggulan dari serat benang nilon :
a. Memiliki daya
rentang dan daya gosok yang baik.
b.
Ideal untuk tahapan pencetakan di atas bahan cetak yang permukaanya tidak rata.
c.
Memiliki daya alir tinta yang baik, dan punya daya rekat yang sempurna untuk
semua
jenis emulsi(stensil foto).
Kelemahannya :
a. Peka terhadap kondisi cuaca/temperatur dan kelembaban
udara.
b. Tidak sesuai untuk jenis-jenis
pekerjaan yang memerlukan ketepatan yang tinggi (register).
KETEBALAN KAIN/SCREEN
Serat kain yang terbuat dari nilon atau
polyester tersedia dalam beberapa derajat ketebalan yakni: tipe Small (S),
tipe Medium (M), tipe Thick (T) dan Heavy Duty (HD).
Serat benang dengan tipe S serat benangnya tipis,
cocok untuk pekerjaan nada lengkap (halftone), dan gambar seni (artis/seni).
Serat benang dengan tipe M serat benang yang memiliki ukuran medium,
cocok untuk pekerjaan nada lengkap yang kasar. Serat benang dengan tipe T
serat benangnya tebal, cocok untuk segala jenis pekerjaan pada teknik cetak
sablon. Sedangkan serat benang dengan tipe HD, serat benang dengan
ekstra tebal cocok untuk pekerjaan yang dilakukan secara masinal (cetak
menggunakan mesin), cetak blok dan jenis-jenis pekerjaan kasar.
WARNA KAIN/SCREEN
Kain
(screen) pada umumnya berwarna putih. Tapi seringkali kain berwarna putih dan
pada waktu dilakukan proses penyinaran akan menimbulkan gejala pemantulan
kembali yang dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan penyinaran. Untuk
mengatasi masalah tersebut pada umumnya kain dibuat berwarna kuning, jingga dan
merah. Sehingga kain berwarna digunakan untuk menghindari terjadinya pemantulan
kembali cahaya pada waktu penyinaran stensil foto sistem direct
(langsung), sistem direct/indirect (langsung/tidak langsung), maupun sistem
cappilary (kafilek).
5
PERSYARATAN KAIN
Untuk
memperoleh tingkat resolusi gambar yang terbentuk pada kain (screen)
serta peningkatan definisi hasil ceta sablon, maka diperlukan persyaratan khusus
untuk jenis-jenis kain yang digunakan. Adapun persyaratan-persyaratannya
adalah sebagai berikut :
serta peningkatan definisi hasil ceta sablon, maka diperlukan persyaratan khusus
untuk jenis-jenis kain yang digunakan. Adapun persyaratan-persyaratannya
adalah sebagai berikut :
1.
Daya lentur/fleksibilitas.
Karena pada saat dilakukan
perentangan pada bingkai cetak kain harus ditarik
untuk mendapatkan tingkat keregangan pada permukaan bingkai serta
pada waktu dilakukan proses pencetakan screen tidak boleh menyentuh bahan cetak,
dengan jarak kira-kira 3-5 milimeter, maka kain haruslah lentur.
untuk mendapatkan tingkat keregangan pada permukaan bingkai serta
pada waktu dilakukan proses pencetakan screen tidak boleh menyentuh bahan cetak,
dengan jarak kira-kira 3-5 milimeter, maka kain haruslah lentur.
2. Pori-pori tidak berubah atau bergeser.
Tujuan utama dari tidak bergesernya pori-pori kain adalah
untuk pengendalian penyaluran tinta cetak.
untuk pengendalian penyaluran tinta cetak.
3. Tahan terhadap bahan kimia.
Selama kain digunakan pada tahapan pencetakan kain selalu
berhubungan dengan
bahan kimia seperti stensil foto, tinta cetak, dan bahan pencuci atau pembersih,
maka kain harus dapat tetap bertahan atau tidak mudah rusak.
bahan kimia seperti stensil foto, tinta cetak, dan bahan pencuci atau pembersih,
maka kain harus dapat tetap bertahan atau tidak mudah rusak.
4. Mudah dibersihkan.
Diharapkan agar kain dapat dipergunakan secara berulang-ulang
maka
kain harus mudah dibersihkan.
kain harus mudah dibersihkan.
5. Tahan terhadap gesekan.
Pada waktu digunakan screen akan selalu bersentuhan dengan
rakel
yang memiliki variasi derajat kekerasannya.
yang memiliki variasi derajat kekerasannya.
Dengan demikian gesekan dari rakel tidak dengan mudah
mengikis serat kain
yang berdampak pada pengalihan tinta cetak dan mengakibatkan kain mudah rusak.
yang berdampak pada pengalihan tinta cetak dan mengakibatkan kain mudah rusak.
6.
Memiliki keporian yang bervariasi.
Dengan adanya variasi pori-pori screen, maka berbagai bentuk
bahan serta berbagai macam bentuk gambar dapat dicetak dengan cetak sablon
bahan serta berbagai macam bentuk gambar dapat dicetak dengan cetak sablon
7. Variasi dari tingkat kerapatan screen.
Sangat berpengaruh pada tahapan
pengalihan tinta cetak.
Dengan banyaknya variasi yang disediakan untuk jenis-jenis kain diharapkan agar
lapisan film tinta dapat dengan mudah dialihkan
ke atas bahan cetak(media cetak) yang dipergunakan.
Dengan banyaknya variasi yang disediakan untuk jenis-jenis kain diharapkan agar
lapisan film tinta dapat dengan mudah dialihkan
ke atas bahan cetak(media cetak) yang dipergunakan.
Untuk Mendapatkan Hasil cetak
Sablon yang sesuai dengan keinginan Anda, maka penting untuk mengenal dan
menerapkan langkah / tahapan yang benar dalam Proses Menyablon.
6
1. Tahapan Pra Cetak, yang termasuk dalam tahapan ini
adalah :
Proses
Design
Proses ini berkaitan dengan ide
atau gagasan anda yang diwujudkan dalam suatu suatu proses pencitraan sehingga
ide / gagasan anda tersebut akhirnya memiliki bentuk yang konkret ( biasanya
disebut design / artwork ).
Misalkan, anda memiliki sebuah
gagasan akan sebuah gambar monyet yang sedang memakan pisang dan anda ingin
menambahkan sebuah dialog lucu yang diucapkan oleh monyet tersebut. Pada saat
itu, gambaran tersebut hanya ada di benak / imajinasi anda dan belum memiliki
bentuk pencitraan yang konkret.
Nah tugas anda selanjutnya
adalah mewujudkan gambaran tersebut kedalam bentuk yang konkret, bagaimana
caranya ? ada beberapa teknik, misalnya : dengan photography (mengambil photo monyet yang sedang makan
pisang ), dengan gambar tangan ( hand drawing ), dan lain sebagainya.
Pada intinya adalah, proses
design mengubah ide / gagasan anda menjadi bentuk yang lebih konkret, yang
dapat dilihat oleh semua orang ( kecuali orang buta dan rabun ), dan tujuan
akhirnya untuk proses menyablon adalah agar design anda tersebut dapat diolah
menjadi Film / Klise Sablon.
Pembuatan
Film / Klise Sablon
Sekarang anda telah memiliki design yang siap
untuk dicetak, langkah selanjutnya adalah mengolahnya menjadi Film / Klise
Sablon.
Proses
Stencil / Afdruk
Setelah anda memiliki Film / Klise Sablon, maka
saatnya untuk memindahkan gambar / image yang tercetak di film sablon tersebut
ke screen, melalui apa yang disebut proses afdruk.
Persiapkan
Meja Kerja anda
ini sangat penting sebelum anda memulai proses
pencetakan, sehingga saat anda sedang mencetak nanti tidak akan terganggu
dengan kegiatan lainnya, misalnya tiba – tiba tinta yang anda gunakan habis,
atau anda lupa untuk menyediakan tempat untuk pengeringan media yang baru
dicetak, dan lain sebagainya.
2. Tahapan saat Cetak
Saat mencetak yang perlu anda perhatikan adalah
penggunaan teknik sapuan rakel yang benar. Karena tugas mencetak sebenarnya
sangat sederhana yaitu memindahkan tinta ke media yang diinginkan melalui kain
saring / screen.
Selain itu, pelajari sifat – sifat dari tinta
cetak yang sedang anda gunakan, karena tidak setiap tinta memiliki
karakteristik yang sama. Parameter yang mungkin anda perlu ketahui adalah :
kecepatan tinta untuk mengering, biasanya ini menjadi kendala karena tinta yang
mengering terlalu cepat di screen akan menghambat proses pencetakan, anda perlu
melancarkan kembali pori – pori kain saring / screen yang telah tersumbat oleh
tinta yang telah mengering tersebut, karena bila tidak maka hasil cetak tidak
dapat terbentuk dengan sempurna.
Catatan : salah satu kelebihan dari tinta
plastisol yang digunakan dalam penyablonan t-shirts adalah bahwa tinta jenis
ini tidak akan mengering, bahkan bila anda meninggalkannya diatas screen dalam
jangka waktu yang lama, karena tinta jenis ini membutuhkan proses curing untuk
mengeringkannya.
3. Tahapan Pasca Cetak
Ada tiga hal ( bisa lebih ) yang biasanya perlu
anda lakukan setelah anda selesai melakukan pencetakan, yaitu :
Proses
Drying
Setiap tinta cetak memerlukan waktu untuk
mengering dengan sempurna, bahkan bila anda memegang tinta tersebut dan
permukaannya anda rasa telah mengering, belum tentu tinta tersebut telah kering
dengan sempurna, oleh karena itu penting untuk mengenal karakteristik tinta
cetak yang anda gunakan. Untuk proses ini anda dapat melakukannya dengan
melalui proses alami ( penjemuran – cukup diangin –anginkan saja ) atau dengan
bantuan mesin (kipas angin, blower, dsb. ).
Proses
Curing
Proses ini memerlukan alat – alat yang khusus
untuk dapat mengeringkan jenis – jenis tinta tertentu. Seperti misalnya tinta
jenis plastisol yang perlu melalui proses pemanasan dalam temperatur yang
sangat panas ( sekitar 143 – 166 0 C ), biasanya dengan menggunakan mesin
conveyer atau flash heater. Untuk Tinta Karet / GL / Rubber, juga memerlukan
proses curing, dengan menggunakan mesin hot press yang dapat diatur panas
temperaturenya ( sekitar 110 – 130 0 C ).
7
KESIMPULAN
Dari
bahasan makalah yang kami buat ini dapat disimpulkan bahwa Cetak sablon merupakan proses
stensil untuk memindahkan suatu citra ke atas berbagai jenis media atau bahan
cetak seperti : kertas, kayu, metal, kaca, kain, plastik, kulit, dan lain-lain.
untuk mereproduksi atau menghasilkan kembali gambar maupun hasil dari suatu
rancangan desain.
8
KRITIK DAN SARAN
Demikian Makalah yang dapat kami
buat, semoga bermanfaat. Jika ada kekurangan mohon dimaafkan. Jika ada kritik dan
saran mohon disampaikan karena kritik dan saran anda sangat berguna bagi
perbaikan makalah ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
untuk tampilan lebih baik tentang post makalah ini.
ReplyDelete=> klik link :
http://pendidikansoal1.blogspot.com/2013/12/makalah-cetak-sablon.html
semoga bermanfaat!!